63.
Dan hamba-hamba dari Tuhan Yang Pemurah itu, ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan sopan dan bila mereka ditegur sapa oleh orang-orang yang bodoh, mereka menjawab dengan " salam".
64.
Dan mereka yang pada malam hari bergadang menyembah Tuhan, baik sujud maupun berdiri.
65.
Dan mereka yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan kiranya kami daripada azab .neraka jahannam, karena azab neraka jahannam itu sangat memilukan.
66.
Dia (neraka jahannam) adalah seburuk-buruk tempat kediaman dan seburuk-buruk tempat tinggal.
67.
Dan orang-orang yang bila menafkahkan harta mereka, tidaklah mereka ceroboh dan tidak pula kikir, melainkan pertengahan di antara keduanya.
68.
Dan orang yang tidak menyeru Tuhan yang lain bersama Allah, dan tidak mereka membunuh diri yang diharamkan oleh Allah kecuali menurut haknya dan tidak pula mereka berzina. Dan barangsiapa yang berbuat demikian itu, niscaya akan bertemu ia dengan dosa.
69.
Berlipat gandalah siksa yang akan dideritanya di hari kiamat, dan tetap mereka di sana dalam keadaan terhina.
70.
Kecuali orang yang taubat, dan beriman dan beramal dengan amalan yang saleh. Orang-orang yang semacam itu akan diganti Oleh Allah kejahatannya dengan berbagai kebaikkan. Dan Tuhan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
71.
Dan siapa-siapa yang kembali (taubat) dan beramal pula dengan amalan-amalan yang saleh, maka sesungguhnya kembalinya itu ialah kepada Allah, sebenarnya taubat.
72,
Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian, dusta; dan bila mereka melalui urusan-urusan yang tidak ada gunanya, mereka lewat saja dengan sikap yang mulia.
73.
Dan orang-orang yang bila diingatkan ayat Tuhan kepada mereka, tiadalah mereka menulikan telinga dan membutakan mata.
74.
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahilah kiranya kami ini isteri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kiranya kami ini menjadi Imam-ikutan daripada orang-orang yang bertaqwa kepad Engkau.
75.
Orang-orang itulah yang akan diberi ganjar-pahala dengan ruancan yang mulia karena kesabaran mereka, dan di sana mereka akar, disambut dengan segala kehormatan dan kebahagiaan.
76.
Kekal mereka di sana selamanya! Itulah yang sebaik-baik tempat kediaman dan tempat tinggal.
77.
Katakan olehmu (Ya Utusan Kami): 'Tuhanku tidak akan memperdulikan kamu. Sesungguhnya kamu telah pernah mendustakan. maka. oleh karena itu pastilah kamu mendapat hukuman.
Dan hamba-hamba dari Tuhan Yang Pemurah itu, ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan sopan dan bila mereka ditegur sapa oleh orang-orang yang bodoh, mereka menjawab dengan " salam".
64.
Dan mereka yang pada malam hari bergadang menyembah Tuhan, baik sujud maupun berdiri.
65.
Dan mereka yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan kiranya kami daripada azab .neraka jahannam, karena azab neraka jahannam itu sangat memilukan.
66.
Dia (neraka jahannam) adalah seburuk-buruk tempat kediaman dan seburuk-buruk tempat tinggal.
67.
Dan orang-orang yang bila menafkahkan harta mereka, tidaklah mereka ceroboh dan tidak pula kikir, melainkan pertengahan di antara keduanya.
68.
Dan orang yang tidak menyeru Tuhan yang lain bersama Allah, dan tidak mereka membunuh diri yang diharamkan oleh Allah kecuali menurut haknya dan tidak pula mereka berzina. Dan barangsiapa yang berbuat demikian itu, niscaya akan bertemu ia dengan dosa.
69.
Berlipat gandalah siksa yang akan dideritanya di hari kiamat, dan tetap mereka di sana dalam keadaan terhina.
70.
Kecuali orang yang taubat, dan beriman dan beramal dengan amalan yang saleh. Orang-orang yang semacam itu akan diganti Oleh Allah kejahatannya dengan berbagai kebaikkan. Dan Tuhan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
71.
Dan siapa-siapa yang kembali (taubat) dan beramal pula dengan amalan-amalan yang saleh, maka sesungguhnya kembalinya itu ialah kepada Allah, sebenarnya taubat.
72,
Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian, dusta; dan bila mereka melalui urusan-urusan yang tidak ada gunanya, mereka lewat saja dengan sikap yang mulia.
73.
Dan orang-orang yang bila diingatkan ayat Tuhan kepada mereka, tiadalah mereka menulikan telinga dan membutakan mata.
74.
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahilah kiranya kami ini isteri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kiranya kami ini menjadi Imam-ikutan daripada orang-orang yang bertaqwa kepad Engkau.
75.
Orang-orang itulah yang akan diberi ganjar-pahala dengan ruancan yang mulia karena kesabaran mereka, dan di sana mereka akar, disambut dengan segala kehormatan dan kebahagiaan.
76.
Kekal mereka di sana selamanya! Itulah yang sebaik-baik tempat kediaman dan tempat tinggal.
77.
Katakan olehmu (Ya Utusan Kami): 'Tuhanku tidak akan memperdulikan kamu. Sesungguhnya kamu telah pernah mendustakan. maka. oleh karena itu pastilah kamu mendapat hukuman.
'IBADUR- RAHMAN'
UNTUK meresapkan ayat-ayat 'Ibadur-Rahman ini ke dalam jiwa, bacalah dengan penuh khusyuk ayat yang sebelumnya, yang telah ditafsirkan di aras tadi. "Dialah, Tuhan, yang telah mempergantikan di antara malam dengan siang". Apabila hal itu diperhatikan dan direnungkan, timbullah ingatan akan kebesaran Ilahi (zikir) dan akan timbullah rasa syukur, Pergantian siang dengan malam, pertemuan hari dengan bulan dan bulan dengan tahun. Matahari terbit dan matahari terbenam, memperlihatkan pula putaran roda nasib dalam dunia fana ini.
Kadang-kadang ada bintang naik dan kadang-kadang ada bintang jatuh. Usia manusia laksana terbitnya bulan, sejak bulan sabit sampai bulart purnama clan sampai susut bulan. Banyak yang kita dapat baca dalam pergantian malam dengan slang itu. Ada bangsa jatuh, ada bangsa naik dan kemudian tiba giliran bagi yang jatuh buat bangkit kembali, semuanya berlaku dalam slang dan dalam malam. Dengan pergantian malam.dengan siang itulah kita mengumpulkan sejarah dalam ingatan kita.Tak ada pergantian malam dengan siang, niscaya tak ada apa yang dinamai sejarah. Bila menilik pergantian di antara malam dengan slang, akan timbullah ingatan atas kekuasaan Tuhan (zikir). Tidak ada artinya dan nilainya pergantian malam dengan siang itu bagi orang yang ticlak menyediakan jiwanya buat mengenal Tuhan dan mensyukuri ni'mat-Nya, Apabila zikir clan syukur telah tumbuh dalam hati, mulailah terasa bahwa kehidupan makhluk seluruhnya, termasuk kehidupan kita sendiri, tidaklah pernah terlepas daripada kasih-sayang dan kemurahan Tuhan. Ke mana saja pun mata memandang, Rahman-Ilahi akan jelas nampak. Rahman Ilahi meliputi segala. Terasalah kecil difi di hadapan kebesaran-Nya, dan bersedialah kita dengan segala kerelaan hati buat menjadi hamba dari Tuhan Pemurah itu. Orang-orang yang insaf itulah 'lbad ar-Rahman.
'
Keinsafan siapa diri di hadapan Kemurahan Tuhan menimbulkan kesuka-relaan mengabdi dan berbakti. Dasarnya ialah Zikr dan Syukr membentuk pribadi sehingga tumbuhlah "tokoh-tokoh" 'Ibad ar-Rahman itu Adalah di dalam ayat-ayat akhir Surah "A1-Furqan" ini Tuhan mewahyukan kepada Rasul tentang sifat-sifat, karakter, sikap-hidup dan padangan-hidup daft 'Ibad ar-Rahman.
Pertama sekali ialah sebagai yang dijelaskan pada ayat 63: Orang yang berhak disebut 'Ibad ar-Rahman (Hamba-hamba daripada Tuhan Yang Maha Murah), ialah orang-orang yang berjalan cli atas bumj Allah dengan sikap sopan santun, lemah lembut, tidak sombong dan tidak pongah. Sikapnya tenang.
Bagaimana dia akan mengangkat muka dengan sombong, padahal alam di kelilingnya menjadi saksi atasnya bahwa dia musti menundukkan diri. Dia adalah laksana padi .yang telah berisi, sebab itu clia tunduk. Dia tunduk kepada Tuhan karena insaf akan k'ebesaran Tuhan dan dia rendah hati terhadap sesamanya manusia, karena dia pun insaf bahwa dia tidak akan sanggup hidup sendiri, di dalam dunia ini.
Danbila dia berhadapan, bertegur sapa dengan orang yang bodoh dan dangkal fikirafi, sehingga kebodohannya banyaklah katanya yang tidak keluar daripada cara berfikir yang teratur, tidaklah dia lekas marah, tetapi disambutnya dengan baik dan diselenggarakannya, Pertanyaan dijawabnya dengan memuaskan, yang salah dituntunnya sehingga kembali ke jalan yang benar. Orang semacam itu pandai benar manahan hati.
Dalam ayat 64 diterangkan lagi sifat-sifatnya yang lain. Yaitu kesukaannya ialah bergadang, tidak banyak tidur di waktu malam, karena dia hendak melakukan sujud dan berdiri, tegasnya sembahyang mengingat Tuhan dan membuat hubungan kontak dengan Tuhan.
Laksana jiwanya itu sebagai suatu dinamo yang selalu diisi dengan kekuatan yang baru, hampir setiap malam.
Pada sembahyang malam itulah sumber kekuatannya. Dia mengenal Tuhan demi melihat bekas Rahman-Nya, dan sebab itu dia selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Lantaran itu pula maka' jiwanya yang tadinya tidak berdaya (la haula) dan tidak berupaya (la quwwata), dengan sebab Tahajjud (sembahyang malam), dia berdaya kembali dan dia pun berupaya.
Dia pun berdo'a (ayat 65) agar kiranya terlepas daripada azab siksa neraka jahannam, karena azab neraka jahannam adalah membawa kepiluan jiwa. Permohonan seorang Mu'rain agar terlepas daripada azab siksa neraka, adalah gejala daripada kerendahan haft tadi, tersunyi dari pada kesombongan. Dia insaf bahwa dia manusia yang tidak suci daripada lengah dan !alai, selalu dipengaruhi oleh hawa nafsu dan diancam oleh perdayaan syaithan. Hanyalah perlindungan dirikePada Ilahi jua yang akan melepaskan seseorang daripada siksaan itu. cone,'
Seorang 'Ibad ur-Rahman tidaklah merasai,bahwa dia telah mengerjakan suruhan Tuhan dan menghentikan larangannya saja, sudah terjamin bahwa dia akan masuk ke dalam syurga dan terlepas daripada azab neraka. Seorang beriman memandang dosanya, betapa kecil sekali pun, adalah laksana orang duduk di bawah naungan sebuah bukit, yang merasa seakan-akan bukit itu selalu akan menimpa dirinya,
Kemudian pada ayat ke-67 diterangkan lagi sikap hidup sehari-hari seorang 'Ibad ur-Rahrnan itu, yaitu apabila dia menafkahkan harta bendanya tidaklah dia ceroboh, royal dan berlebih daripada ukuran yang musti, tetapi tidak pula sebaliknya, yaitu bakhil (kikir), melainkan dia berlaku sama tengah. Tidak dia ceroboh .royal... sehingga harta bendanya habis tidak menentu, karena pertimbangan fikiran yang kurang matang, tidak memikirkan hari depart. Dan tidak pula dia bakhil, karena bakhil pun adalah satu penyakit. Dia berusaha mencari harta benda ialah pemagar muruaah, penjaga kehormatan diri. Harta benda dicari ialah buat dipergunakan sebagaimana mustinya, bukan mencari harta yang harus diperbudak oleh harta itu sendiri. Maka dua sikap itu, royal dan bakhil, terhadap harta benda adalah alamat jiwa yang tidak "stabil". Keroyalan dan berbelanja lebih daripada keperluan, menjadi alamat bahwa jika orang ini ditimpa bahaya karena kehabisan harta itu kelak, dia~akan dapat menjaga keseimbangan dirinya lagi. Dan orang yang bakhil menjadi putus hubungannya dengan masyarakat, karena dia salah pilih di dalam meletakkan cinta. Kalau diwaktu yang penting harta benda ditahan keluamya, karena bakhil, maka suatu waktu kelak harta benda itu akan terpaksa dikeluarkan juga mau ataupun tidak mau. Seorang yang bakhil ditimpa sakit keras,
dokter menasehatkan supaya dia berobat, supaya dia tetirah (istirahat) ke tempat yang berhawa sejuk berobat meminta belanja banyak. Kalau dia .tidak berobat, dia akan mati. Karena takut akan mati, harta benda itu dikeluarkan pengobat diri, padahal di waktu sedang sehat dia tidak merasai hi'mat harta itu.
Timbullah hidup yang "Qawaaman", yang sama tengah di antara royal dan bakhil, tidak lain sebabnya ialah karena kecerdasan fikiran yang telah terlatih. Memandang bahwa harta benda semata-mata pemberian Tuhan yang hams dirasai ni'mat pemakaianmya, dan dijaga pula jangan sampai dipergunakan untuk yang tidak berfaedah.
Harta benda amat perlu. Kita hendaklah kaya supaya dapat membayar Zakat dan Naik Haji. Sedang zakat dan haji adalah dua di antara 5 tiang (rukun)'daft Islam.
Perjuangan agama, jihad, meminta pengurbanan harta dan jiwa. Dan bila membaca urutan ayat bangun bergadang' tengah malam (ayat 64), dan takut akan siksa neraka jahannam (ayat 65 dan 66) disambungkan lagi dengan ayat melarang royal dan melarang bakhil, nampaklah bahwa Hamba Allah Yang Pemurah itu mempertalikan keteguhan batinnya dengan sembahyang tengah malam, dengan usaha mencari harta benda untuk dinafkahkan. Satu dengan lainnya tiada terpisah.
Kemudian 'itu datanglah ayat 68, menyatakan bahwa seorang Hamba Tuhan Pemurah itu tidaklah menyeru atau berbakti pula kepada Tuhan lain, selain Allah. Dalam ayat itu bertemu tiga hal yang
amat dijauhi oleh Hamba Allah yang sejati itu. Pertama tidak memperserikatkan Tuhan dengan yang lain, kedua tidak membunuh akan suatu nyawa yang diharamkan Allah, kecuali menurut hak-hak yang tertentu, dan ketiga tidak berbuat zina.
Sebagai urut-urutan ayat-ayat yang tersebut sebelumnya, kehidupan seorang Muslim itu adalah tali berjalin tiga. pertama kepercayaan akan ke-ESA-an Tuhan, menjadi Ummat Tauhid yang sejati. Kalimat Tauhid membentuk satu pandangan yang luas, yaitu bahwa seluruh' makhluk Allah ini, terutama sesama manusia adalah bersama diberi hak hidup oleh Tuhan di dalam dunia. Kita tidak berhak mencabut nyawa sesama manusia, kita tidak berhak membunuh. Baik membunuh orang lain ataupun membunuh dift sendiri. Karena membunuh artinya ialah merampas.hak hidup satu nyawa.
Maka dirumuskanlah oleh ahli-ahli penyelidik agama tentang maksud yang sebenamya dari satu masyarakat Islam. Hukum Islam berdiri ialah guna memelihara harta benda, nyawa dan masyarakat.
Seorang hanya boleh dibunuh atas keputusan Hakim, aras suatu kesalahan yang patut dibayarnya dengan nyawanya. Itulah yang disebut Hukum Qishash. Dan karena bertemu kegagalan di dalam hidup, seseorang tidak boleh membunuh dirinya. Di dalam Hadits-hadits Nabi diberikan pcnjelasan bahwa seorang yang mati karena membunuh dirinya, tidak boleh diselenggarakan jenazahnya menurut ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Islam.
Seorang Hamba Allah sejati pun tidak melakukan zina. Zina adalah perhubungan setubuh yang di luar nikah, atau yang tidak sah nikah. Karena maksud kedatangan agama adalah guna mengatur
keturunan. Kelahiran ke dunia adalah menurut pendaftaran yang sah. Jelas hendaknya .bahwa si anu adalah anak si fulan. Perhubungan kelamin laki-laki dengan perempuan ada'~ah termasuk keperluan hidup dan hajatnya. Agama mengatur hubungan kelamin itu dengan nikah kawin dan ditentukan pula perkawinan yang terlarang, yaitu dengan yang disebut mahram, ~iebagai tersebut di surat 4 A!-'Imran ayat 23-24.
Maka di dalam.ayat 68 dan 69 dijelaskanlah bahwasanya orang yang mempersefikatkar~ Tuhan dengan yang lain, atau menyeru pula akan tuhan selain Allah dan mcmbunuh sesama manusia terrnasuk diri sendiri clan berzina, adalah orang-orang itu akan bertemu dengan hukuman. Qtir'an menentukan hukuman bagi si pembunuh sesama manusia, jiwa bayar dengan jiwa..Qur'an pun menegaskan hukum bagi pezina, karena orang berzina adalah mengacau-balaukan masyarakat.
Orang yang kedapatan berzina akan dihukum, sebagaimana dahulu telah dijelaskan perincian hukuman ini dalam Surat An-Nur. Surat A1-Furqan diturunkan di Mekkah. Dosa zina diterangkan sebagai dosa jiwa. Setelah di Madinah berdiri masyarakat Islam, bagi zina diadakan hukuman badan. Setelah mereka menerima hukumannya yang setimpal di dunia ini, setelah mereka marl akan mendapat siksa berlipat ganda lagi dan ditimpa pula oleh kehinaan,
Ayat )ce-70 dan 'ke-71 menjelaskan bahwa pintu taubat senantiasa terbuka. Betapa pun kerasnya Hukum Tuhan, namun pintu taubat selalu dibukakan. Di samping kekerasan Hukum-Nya, Tuhan pun
adalah pengampun dan pengasih,
TAUBAT adalah kesadaran diri atas kesalahan yang pernah dibuat. Dalam sudut hi, ti sanubari manusia tersimpanlah suatu perasaan yang murni, kesadaran bahwa yang sal~h tetaplah salah. Manusia berjuang dengan hawa nafsunya sendiri untuk menegakkan kebenaran,
Dia harus berjuang dengan hawa nafsu itu. Bertambah keras cita menegakk.an yang benar bertambah keras pula rayuan nafsu buat melanggar suara kebenaran itu. Tetapi selalulah timbul sesal apabila telah terlanjur menuruti hawa nafsu. Haft sanubari senantiasa meratap, memekik, menjerit ingin lepas daft belenggu hawa nafsu. Pada saat yang demikian perjuangan batin itu maha hebat. Manusia jijik dengan kesalahannya sendiri. Di saat yang demikian berkehendaklah
kepada suatu IRADAH, kemauan yang keras sebagai waja. Di hadapannya terbuka satu pintu, yaitu pintu taubat. Tuhan..memberi kesempatan, memanggil, supaya dia lekas keluar daft kesulitan itu. Kekuatan iradahnya menyeba,bkan dia taubat. Arti taubat ialah kembali kepada jalan yang benar.
Di,-lepaskan dil'i'dari belenggu hawa nafsu itu clan dengan kemauan yang keras, dia masuk ke dalam pintu taubat itu dan dia tidak menolehkan mukanya lagi kepada jalan raya kesalahan yang selama ini telah ditempuhnya. Dia sekarang benar-benar merasai kebebasan jiwa karena !epas dari belenggu. Dia sekarang menempuh hidup yang band. Maka di dalam ayat 70 itu dijelaskan bahwa taubat yang berjaya ialah taubat yang dituruti oleh amalan yang saleh. Sebab yang taubat itu ialah haft sanubari, bukan semata-mata taubat di mulut. Taubat ialah keinsafan, bukan permainan. Maka akibat atau konsekrwensi daft taubat ialah "mengamalkan areal yang saleh",
artinya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang baik.
Pertukaran haluan hidup daripada kejahatan kepada menuruti suara batin yang murni adalah kemenangan batin yang tiada taranya.
Selama diri bergelimang dalam dosa, selama itti pula batin tertekan dan hidup jadi gelisah. Kadang-kadang meremuk-redamkan jiwa sendiri.
Dan bukan sedikit telah terjadi, bahwasanya dosa yang mengganggu jiwa, menyebabkan jiwa menjadi sakit, dan sakit jiwa mempengaruhi pula kepada jasmani. Itulah neraka dalam hidup'. Ituiail yang disebut di ujung ayat 68: "Dan barangsiapa yang berbuat aemikian itu akan berjumpalah dia de ngan dosa." Dan itulah neraka dalam hidup.
Maka dapatlah difahami satu ceritera yang dahulu pernah kita terangkan panjang lebar dalam Surat An-NUr, bahwasanya seorang yang terp~erosok berbuat zina pernah datang sendiri kepada Rasulullah s.a.w, mengakui perbuatannya dan minta ~ihukum. Meskipun alia tahu bahwa hukum zina adalah rejarn (ditimpuk dengan batu sampai mati), jiwanya merasa puas menerima hukuman itu. Apalah artinya siksa badan, dibandingkan dengan kepuasan jiwa? Karena dosa rasa terte-
bus?
Maka taubat kepada Allah hendaklah dituruti langsung oleh amal, oleh k.erja dan usaha. Sisa umur'digunakan untuk beramal, agar sakit derita jiwa karena tekanan dosa yang telah lalu dapat diobati atau dilupakan. Di situlah terdapat isi mengisi di antara batin dengan anggota. Batin bertambah insaf dan sadar, lantaran itu amal pun bertambah banyak. Bertambah banyaknya areal menambah kepuasan jiwa.
"Bagi mereka ni'mat Allah, karena harus usaha mereka sendiri". Maka orang-orang yang demikian berangsurlah merasai ni'mat hidup baru.
"Akan diganti Allah amal. amal yang buruk selama ini dengan berbagai ragam kebajikan."
Kadang-kadang pun terdapatlah orang yang dahulunya durjana, seakan-akan kebenaran tidak akan masuk ke dalam hatinya, ialu dia bertaubat. Setelah alia taubat, dia mendapat kemajuan besar dalam perkembangan jiwa Iman. Maka berkatalah setengah ahli Tasawwuf, bahwasanya orang yang menyesali diri karena pernah berdosa, kadang-kadang lebih suci hati dan lebih murni amalnya daripada orang yang berbangga karena merasa diri tidak pernah berdosa.
Diulang Tuhan sekali lagi dalam ayat 71, bahwasanya orang yang bertaubat disertai amalan saleh, Tuhan memberikan taubat untuknya sebenar-benarnya taubat.
Setelah itu datanglah ayat 72, sebagai lanjutan penegasan dari sifat-sifat 'Ibad ar-Rahman itu. Yaitu orang yang tidak suka memberikan kesaksian palsu. Atau mengarang-ngarangkan ceritera dusta untuk mcnjahannamkan orang lain: Dan mereka itu, apabila berjalan di hadapan orang yang sedang bercakap meng-kosong, ngobrol yang tidak tcntu ujung pangkal, perkataan-perlcataan yang tidak bertanggung jawab, dia pun berlalu saja dari tempat itu dengan baik. Dia menjaga agar dirinya jangan masuk terikat ke dalam suasana yang tidak berfaedah, Usia manusia adalah terlalu singkat untuk dibuangbuang bagi pekerjaan yang tidak berfaedah. Dia keluar dari tempat itu dengan sikap yang mulia dan tabu harga diri, sehingga sikapnya yang demikian meninggalkan kesan yang baik mendidik orang-orang yang bercakap kosong itu.
"Laghwi" dalam bahasa Arab ialah omong-kosong, cakap tak tentu ujung pangkal, sehingga menjatuhkan martabat budi pekerti yang melakukannya. Inilah yang disebut oleh orang Deli "membual", olch orang Jakarta "ngobrol" dan oleh orang Padang "ma-hota", atau oleh daerah lain disebut juga "memburas".
Pertama melakukan kesaksian dusta, kedua obrolan yang tidak tentu ujung pangkal, amatlah membahayakan dan menjatuhkan mutu masyarakat. Karena kesaksian dusta di muka Hakim, seorang jujur tak bersalah bisa teraniaya, terhukum dalam hal yang bukan salahnya.
Dan bisa pula membebaskan orang yang memang jahat dari ancaman hukuman. Kesaksian dusta di muka hakim adalah termasuk dosa besar yang payah dimaafkan.
Kata-kata yang "laghwi" cakap-kosong, omong-kosong, ngobrol yang tidak tentu ujung pangkal, tidaklah layak menjadi perbuatan dari pada 'road ar-Rahman. Seorang hamba Tuhan Pemurah mempunyai disiplin diri yang teguh. Lebih baik berdiam diri daripada bercakap yang tidak ada harganya. Kalau hendak bercakap juga, isilah lidah dengan zikr, menyebut dan mengingat nama Allah.
Selanjutnya dalam ayat 73 diterangkan lagi sifat 'lbad ar-Rahman itu, ialah apabila mereka mendengar orang menyebut ayat-ayat Tuhan, tidaklah mereka bersikap acuh tak acuh seakan-akan tuli ataupun buta.
Sebenarnya kata kebenaran adalah ayat dari Tuhan. Apabila orang menyebut kebenaran, meskipun dia tidak hafal ayat Qur'annya ataupun Haditsnya, maka seorang Hamba dari Tuhan Pemurah akan
mendengarkannya dengan penuh minat; tidak dia akan menulikan telinganya dan tidak dia akan membutakan matanya. Seorang yang beriman mempertimbangkan nilai kata yang benar dan mentaatinya, sebab Kebenaran adalah suara Tuhan. Apatah lagi kalau bunyi ayat dari Qur'an telah didengar. Hidupnya telah ditentukan buat menjunjung tinggi Kalimat Ilahi. Betapa dia akan menulikan telinga dan membutakan matanya?
Cahaya kebenaran bukan saja memasuki jendela hatinya. Dia belum merasa cukup kalau sekiranya ahli rumahnya, anaknya dan isterinya belum merasai kehidupan yang demikian pula. Oleh sebab itu
tersebutlah pada ayat 74 bahwa 'Ibad ar-Rahman itu senantiasa bermohon kepada Tuha~nya agar isteri-isteri mereka dan anak-anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai
demam, menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar aegala kekeeewaan hati dalam hidup. Betapa pun saleh dan hidup beragama bagi seseorang ayah, belumlah dia akan merasa senang menutup mata kalau kehidupan anaknya tidak menuruti !embaga yang dituangkannya. Seorang suami pun demikian pula. Betapapun condong hati seorang suami mendirikan kebajikan, kalau tidak ada sambutan dari isteri, hati suami pun akan luka juga. Keseimbangan kemudi dalam rumah tangga adalah kesatuan haluan dan tujuan. Hidup Muslim adalah hidup Jema'ah, bukan hidup yang nafsi-nafsi.
Di dalam Hadits Rasuluilah s.a.w, ada dikatakan:
"Dunia ini adalah perhiasan hidup, dan sebaik-baik perhiasan dunia itu ialah isteriyangsaleh." Berjuta milyar uang pun, berumah bergedung indah, bermobil kendaraan model tahun terakhir, segala yang dikehendaki dapat saja karena kekayaan, semuanya itu tidak ada artinya kalau isteri tidak setia. Kalau dalam rumah tangga si suami hendak Ice hilir dan si isteri hendak ke hulu. Akhirnya akan pecah juga rumah tangga yang demikian, atau menjadi neraka kehidupan sampai salah seorang menutup mata.
Apatah lagi anak. Semaa kita yang beranak berketurunan merasai sendiri bahwa inti kekayaan ialah putera-putera yang berbakti, puteraputera yang berhasil dalam hidupnya. Putera berbakti adalah obat hati diwaktu tenaga telah lemah,
Apakah hasil itu? Dia berilmu dan dia beriman, dia beragama dan dia pun dapat menempuh hidup dalam segala kesulitannya, dan setelah dia besar dewasa dapat tegak sendiri dalam rumah tangganya. Inilah anak yang akan menyambung keturunan. Dan inilah bahagia yang tidak habis-habisnya. Si ayah akan tenang menutup mata jika ajal sampai,
Sebagai penutup dari doa itu, dia memohon lagi kepada-Allah agar dia dijadikan Imam daripada orang-orang yang bertaqwa. Setelah berdo'a kepada Allah agar isteri dan anak menjadi buah hati, permainan mata karena taqwa kepada Allah, maka ayah atau suami sebagai penanggung jawab menuntun isteri dan anak menempuh jalan itu, dia mendo'akan dirinya sendiri agar menjadi Imam, berjalan di muka sekali menuntut mereka menuju Jalan Allah.
Do'a seorang Mu'min tiadalah boleh tanggung-tanggung. Dalam rumah tangga hendaklah menjadi Imam, menjadi ikutan. Alangkah janggalnya kalau seorang suami atau seorang ayah menganjurkan anak dan isteri menjadi orang-orang yang berbakti kepada Tuhan, kalau dia sendiri tidak dapat dijadikan ikutan?
Itulah dia --'"Ibad ar-Rahman" -- orang-orang yang telah jmenyediakan jiwa raganya menjadi Hamba Allah dan bangga dengan perhambaan itu.
Mukanya selalu tenang dan sikapnya lemah lembut. Mudah dalam pergaulan, tidak bosan meladeni orang yang bodoh. Bangun beribadat tengah malam, mendekatkan jiwanya dengan Tuhan. Menjauhi
kejahatan karena insaf akan azab api neraka.
Tengah malam dia bangun bermunajat, bertahajjud dan memohon ampun kepada Ilahi, terdengar azan subuh dia pun segera bersembahyang subuh, kalau dapat hendaklah berjema'ah. Tidak dia
mengangkat djri karena barangkali "kelasnya' dalam masyarakat duniawi terpandang tinggi. Dia menyebarkan senyum dan sikap sopan kepada sesama manusia. Selesai sembahyang, dia pun 'berjalan di atas bumi Allah mencari rezeki yang telah disediakan Tuhan karena diusahakan. Dan apabila rezeki itu telah dapat, dinafkahkannya dengan baik. Tidak dia royal dan ceroboh dan tidak pula dia bakhil dan kikir.
Dan ,bukanlah merekiL karena sangat tekunnya sembahyang inalam, tak kuat la. gi berusaha siang harinya.
Teguh tauhidnya sehingga tidak ada tempatnya takut dan bertawakkal, kecuali kepada Allah, tidak dia memuja kepada Tuhan yang lain, karena memang tidak ada Tuhan yang lain. Hanya Allah. Tidak
membunuh bahkan tidak pernah berniat jahat kepada sesamanya manusia, suci bersih kelaminnya daripada perZinaan, dan tidak naik saksi dusta, tidak suka mencampuri omong kosong dan dia pun tekun mendengar kebenaran. Bukan dirinya dan badannya sendiri saja yang difikir, kannya, bahkan isteri dan anak-anaknya pun, diberinya contoh teladan sebagai Muslim yang balk.
"Mereka itulah yang akan diberi ganjaran tempat yang mulia karena sabarnya, dan dia akan disambut di tempat itu dengan penuht kehormatan dan salam bahagia." (Ayat 75).
Cobalah perhatikan inti ayat ke-75 itu. Mereka akan diberi ganjaran tempat yang mulia, bilik atau kamar yang indah permai, ruangan yang istimewa dalam' syurga karena kesabaran mereka,
Mengapa tersebut kesabaran? Sebab musing-musing orang yang berjalan menegakkan Kebenaran, menyusun kekuatan diri dan melatih batin menjadi 'Ibid ar-Rahman, Hamba Allah Tuhan Pemurah, akan merasai, bahwasanya menyusun program upa yang harus ditempuh adalah mudah, tetapi menjalankannya amatlah sukar. Setiap segi tanda hidup ini seorang yang beriman itu meminta percobaan, meminta pengorbanan dan kadang-kadang meminta aliran darah dan air mata.
Kesabaran berjuang menegakkan kepribadian sebagai Muslim, sebagai hamba Allah yang sadar, menyebabkan kebahagiaan jiwa, karena mendapat syurga jannatun na'irh, tempat tinggal yang tenteram kediaman yang senang dan tenang; disambut oleh Malaikat-malaikat Tuhan dengan ucapan Tahiyyat (selamat) dan Salam bahagia.
Akhirnya, sebagai penutup Surat Furqan ini, Tuhan dengan perantaraan Rasul-Nya menyui'uh sampaikan kepada orang-orang yang selama ini !alai dan lengah, yang belum juga mendapat pegangan hidup, belum }uga melatih diri.
"Katakanlah olehmu, Tuhanku tidak akan me mperhatikan kamu kalau tidaklah karena do'a atau ibadat kamu. Kamu telah mendusta kan. Oleh sebab itu maka siksaan Tuhan atas dirimu adalah hal yang pasti".
Tuhan telah menunjukkan jalan yang harus ditempuh oleh orang yang telah insaf akan kurnia, Rahman dan Rahim Ilahi Orang-orang yang dapat menuruti garis yang telah ditentukan Tuhan itu.patutlah merasa bahagia karena dia telah diberi pegangan hidup, diberi penjelasan kemana alia harus menuju. Orang lain yang masih kafir dan ragu ada juga mempunyai keinginan mendapat hidup bahagia, mendapat syurga yang dijanjikan. Tetapi dalam penutup Surat ini sudah diberikan kata tegas, bahwa selama kamu masih menyembah kepada yang selain Allah, selama kamtt masih mempersekutukannya.dengan yang lain, selama kamu masih mendustakan seruan-seruan yang
dibawa oleh Utusan Allah janganlah kamu harap nasibmu akan berubah. Jalan yang salah itu pasti berujungkan azab dan siksa.
Pasti kamu menderita kesengsaraan jiwa di dunia dan neraka jahannam di akhirat.
' Pintu taubat masih terbuka; Masuklah ke dalam pintu itu kalau kamu mau. Tetapi kalau kamu masih menuruti jalan yang sala'h, azab siksa adalah pasti. (Lizaman). Yang harus menentukan bukan orang lain, tetapi engkau sendiri.
Maka bagi orang yang telah mendalam perasaan cintanya kepada Tuhan dirasainyalah satu kebanggaan jiwa yang amat tinggi apabila dia membaca ayat-ayat 'Ibad ar-Rahman dalam Surat AI-Furqan ini, atau dalam Surat yang lain yang mengandung panggilan Tuhan kepada hamba-Nya: "Ya 'Ibadi", wahai Hamba-Ku.~ Pernahlah seorang '~hamba Allah yang saking sangat terharunya membaca "Ya 'Ibadi", atau 'road ar-Rahman, keluar ilham sya'irnya demikian bunyinya:
"Satu hal yang amat menambah banggaku dan megahku, sehinga serasa berpijak kakiku di atas Bintang Timur. lalah Engkau masukkan daku dalam daftar "Hai Hamba-Ku" Dan Engkau telah jadikan Ahmad menjadi Nabiku".
Akan terasa pulalah oleh kita ni'mat menjadi Hamba Tuhan apabila syarat-syarat dan latihan hidup yang telah digariskan dalam ayat'ayat IBAD AR RAHMAN dapat kita kerjakan, setapak demi
setapak, selangkah demi selangkah. Itulah yang menentukan nilai pribadi kita sebagai Muslim.
.------------------------------------------------------
Ayat 'badar-Rahman itulah cita (idea) seorang Mu'rain! Selesailah Penafsiran Surat AI-Furqan'pada pagi bari Jum'at 9 Rabi'ul Akhir 1383, atau 30 Agustus 1963.
--oOo---